Thursday, July 28, 2016

MENEMBUS BELANTARA BORNEO - PART 1

Kalimantan dikenal dunia luas dengan sebutan Borneo. Didalam pulau ini terdapat 3 negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Borneo kaya akan sumber daya alam, diantaranya batubara, emas, minyak bumi, gas alam, hutan lindung dan keanekaragaman hayati lainnya. 

Di pertengahan tahun 2006, Saya mendapatkan kesempatan menunaikan tugas perusahaan menjelajah belantara Borneo. Sebuah perjalanan hidup yang boleh dibilang susah namun menyenangkan. 

Setelah hampir 4 tahun bekerja di sektor produksi pertambangan batubara terbesar di Indonesia, yaitu PT. KPC, akhirnya saya ditugaskan di kawasan eksplorasi batubara. Inilah kesempatan saya mengenal lebih dekat dengan kawasan hutan. Tak terbayangkan sebelumnya jika seorang perawat yang biasanya bekerja di klinik dan rumah sakit, kala itu harus masuk keluar hutan. 

Jadwal penugasan yang tadinya 9 minggu kerja on duty dan 3 minggu off duty, kini berganti menjadi 6 minggu on duty dan 3 minggu off duty. 


Berbekal surat penugasan, mission order, dan perlengkapan bekerja di eksplorasi, siaplah saya untuk diberangkatkan di lokasi eksplorasi batubara BHP Billiton, Kalimantan Tengah. Belum lagi perjalanan dimulai, sudah terbayangkan betapa jauhnya. 

Perjalanan dimulai dari kawasan Pupuk Raya, Balikpapan menuju Sepinggan Airport. Seorang supir sudah bersiap mengantar. Tak sampai satu jam, sampailah kami di bandara. Dari sepinggan perjalanan berlanjut menggunakan pesawat berbaling-baling. Pesawat berbadan kecil dengan jumlah penumpang sekitar 15 orang. 

Airport yang dituju adalah Mount Muro Airport. Sebuah airport yang terletak di kawasan Indo Muro Kencana (IMK), perusahaan tambang emas di Kalimantan Tengah. 

Sepanjang perjalanan udara, kita akan disuguhi pemandangan hutan kalimantan. Kawasan hutan yang begitu luas. Sungai panjang membentang. Menyibak diantara pepohonan yang tak lagi lebat. Hutan yang sudah banyak terekspose dengan pertambangan batubara.

Satu jam berlalu, pesawat mendarat sempurna di IMK airport. Bandara kecil. Suasananya begitu tenang. Maklum lah jauh dari kebisingan ibukota. 

Dari IMK, supir perusahaan menjemput. Mengantarkan kami ke Mess transit yang terletak di Desa Puruk Cahu. Disitu kami disuguhi minuman dan snack untuk melepas lelah sementara waktu.
Tak berselang lama, kami diantarkan ke dermaga sungai Barito. Perjalanan selanjutnya menggunakan perahu cepat atau speed boat berpenumpang sekitar 15 orang. Life vest wajib kita kenakan sebagai prosedur keselamatan selama berada diatas speed boat. 

Tak menunggu lama, akhirnya speed boat diberangkatkan sebelum waktu zuhur tiba. Sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan. Betapa tidak, saat itulah perjalanan speed boat saya pertama kali. Sesekali tangan saya menyapu air sungai yang tak jernih rupanya, karena musim penghujan.
Hampir dua jam kami di speed boat, sampailah kami di Muara Tuhup Camp. Saya tak lagi di kota. 

This is the real jungle! 

Konstruksinya banyak menggunakan kayu-kayu hutan. Dengan dominasi warna cat yang cerah. Walaupun jauh di pedalaman, namun fasilitasnya bagus. Tentu bagus untuk standar lokasi eksplorasi.
Terdapat kantor, kamar-kamar untuk istirahat, mushola, dapur umum, gudang logistik, security post, dan kamar mandi. Helipad dengan alas tanah tersedia. 

Selepas makan siang, beristirahat dan sholat jamak zuhur dan ashar, perjalanan darat dilanjutkan dengan mobil double gardan (4WD). Benar-benar perjalanan yang panjang dan melelahkan.
Jalanan yang kami lewati adalah jalan non aspal. Jalan tanah yang sudah mengeras. Tapi tetap saja, jika hujan tentu akan licin. 

Kanan kiri tak ada tiang-tiang listrik seperti di perkotaan. Yang ada kawasan hutan. Sunyi dan sepi. Sesekali kami berpapasan dengan truk pengangkut kayu hutan (Logging truck). 

Sejam berlalu, mobil berhenti di Camp Bao-bao. Sebuah camp yang berfungsi sebagai tempat transit bagi karyawan yang melakukan perjalanan dari Camp Pemantang menuju ke Camp berikutnya. Ukurannya tak sebesar Pemantang Camp. 

Disitu kami kembali beristirahat walau sesaat. Melepas penat. Melakukan misi toileting yang tadi sempat tertunda karena sepanjang jalan tak ada toilet umum. 

Dari Bao-bao camp, perjalanan darat berlanjut ke Haju Camp. Nama-nama camp sedari tadi begitu asing bagi telinga saya. Nama-nama yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Tapi sudahlah, itu kan hanya sekedar nama. Yang jelas perjalanan panjang ini belum selesai. 

Satu jam berlalu, mobil tiba-tiba berhenti di tepi hutan. Sang sopir memberitahu bahwa perjalanan sudah sampai. Tak terlihat olehku komplek Camp. Tak berselang lama, Pak Sopir mengajak saya mengangkut semua barang bawaan menuju ke sebuah dataran seperti lembah. Ternyata disitu ada Haju Camp, tempat yang sejak pagi dituju dari Balikpapan. 

Suasana yang nampak sangat asing. Maklumlah ini tugas pertama kali di exploration site. Matahari belum lagi tenggelam di ufuk barat. Orang-orang di camp nampak sibuk masing-masing. Ada yang sedang duduk bercengkrama di depan camp, ada yang sedang bersiap membersihkan diri di kamar mandi, ada yang sibuk bekerja di kantor dengan radio komunikasinya, ada yang ramai bermain bola voli di lapangan sekedarnya. 

Saya dipertemukan dengan Geologist on duty, sebagai orang yang memegang tanggung jawab dalam kegiatan eksplorasi batubara disitu. Kemudian saya diantarkan menuju kamar untuk istirahat nantinya.

Jika kita ditugaskan di eksplorasi, jangan pernah bayangkam bahwa kita akan tidur di kasur yang empuk dan ruangan ber-AC. Di lokasi eksplorasi, kita akan tinggal di camp berdinding dan beratapkan terpal. Tiang-tiang penyangga, lantai dan tempat tidurnya menggunakan kayu-kayu kecil dari hutan. Tempat tidurnya menggunakan palbed tentara, bahkan ada yang membuatnya dengan karung plastik yang biasa buat menyimpan beras dan semacamnya. Sisi tempat tidur dipasangi kelambu sebagai proteksi terhadap serangan nyamuk di malam hari. 

Untuk urusan air yang dipakai, kami menggunakan air dari sungai. Air sungai dialirkan menggunakan pompa air menuju drum-drum bekas untuk menampungnya. Itulah air yang kita gunakan untuk mencuci dan mandi setiap hari. Jika anda tak berjiwa petualang, mungkin anda tak tega untuk mandi dengan air tersebut. Tapi air untuk keperluan memasak menggunakan air galon. 

Petualangan seorang perawat di eksplorasi batubara baru dimulai.
This is the true Borneo Forest. Enjoy it! Simak kisah selanjutnya di waktu yang lain. 

Qatar, 27 Juli 2016
@sugengbralink
#101NotesMyLifeInNursing
Photo 2 & 3 by tyodongss

No comments:

Post a Comment

Thanks for reading this blog!