Wednesday, October 19, 2016

UNFORGETTABLE: MEDIVAC VIA HELICOPTER

Medivac via Helicopter adalah evakuasi medis pada pasien yang membutuhkan penanganan medis lanjutan segera. Bisa dikarenakan kondisi yang cukup parah, lokasi yang jauh, lokasi terpencil atau mungkin orang-orang yang memiliki asuransi kesehatan khusus.

Suatu malam ketika sedang menginap di asrama milik perusahaan di Jakarta, seorang senior menawari saya untuk melakukan medivac via helicopter esok pagi. Beliau tidak bisa menjalankan tugas karena ada kesibukan lain. Wah! Tawaran bagus nih, batin saya. Akhirnya saya pun menerima tawaran tersebut. Sebuah kesempatan emas nih. Karena sebelumnya saya belum pernah melakukan medivac via helicopter. Jika medivac via ambulance sudah berulang kali.

Malam itu juga saya dipanggil Alarm Center untuk mendapatkan briefing tentang rencana esok pagi. Saya diberikan penjelasan tentang kondisi pasien yang akan dijemput esok, lokasi kejadian, apa yang harus dipersiapkan, kapan berangkat ke lokasi helipad dan hal-hal terkait lainnya.

Keesokan pagi jam 03.30 Saya sudah bangun. Bergegas menuju ruang penyimpanan peralatan evakuasi, diantaranya responder bag, airway bag, basket stretcher, dan long back board. Satu per satu saya cek, meyakinkan semua siap untuk menangani kondisi pasien yang mengalami kemungkinan cedera tulang belakang karena jatuh dari ketinggian.

Selepas subuh, saya sebagai Nurse (Paramedic) dengan seorang dokter diantar dengan mobil perusahaan menuju lokasi helipad di Jakarta. Suasana jalan raya masih sepi. Maka tak butuh waktu lama untuk sampai ke helipad. Tiba di lokasi, peralatan medivac kami turunkan.

Kami bertemu dengan pilot. Briefing pun dilakukan sebelum penerbangan. Termasuk rencana bagaimana memposisikan pasien ketika nanti diangkut dengan helicopter. Semua dipikirkan dan didiskusikan secara terperinci.

Ketika briefing sudah selesai, helicopter pun segera start engine. Warm up.

Wuss wuss wuss....suara baling-baling helicopter mulai terdengar kencang. Menyapu debu-debu yang terserak di sekelilingnya. Sang pilot meyakinkan semua penumpang mengencangkan seat belt dan memakai ear muff (pelindung telinga). Total berempat, pilot, co-pilot, dokter dan nurse.

Kemudian helicopter pun terbang menuju sebuah desa di kawasan Ujung Kulon. Sekitar 45 menit di udara, helicopter pun bersiap mendarat di sebuah lapangan sepak bola di sebuah desa. Di bawah sana, ada orang yang ditunjuk untuk memberikan tanda ke helicopter. Mereka yang dibawah siap meyakinkan agar lapangan bebas dari hal-hal yang dapat mengganggu proses pendaratan helicopter.

Helicopter kian turun. Semakin jelas lokasi pendaratan terlihat. Nampak ratusan orang kampung disisi lapangan. Saya jadi merasa seperti pejabat negara yang sedang melakukan kunjungan. Maklum saja orang pedesaan, mungkin sebelumnya belum pernah melihat helicopter mendarat.

Akhirnya helicopter mendarat dengan sempurna. Tim penjemput menyambut kami. Dan melakukan briefing sebelum menuju lokasi pasien berada.

Tim penjemput dan puluhan warga berjalan bersama tim medivac menuju dermaga. Kami berjalan sekitar 1 KM menyusuri jalanan kampung. Orang-orang kampung begitu antusias menyambut kehadiran kami.

Suasana desa nampak asri. Tak ada kesemrawutan lalu lintas seperti di ibukota Jakarta. Sesampai di dermaga, sebuah perahu tertambat. Kami pun menaiki perahu dengan membawa peralatan medis dan evakuasi.

Setelah 30 menitan menaiki perahu, kami sampai di sebuah kapal tongkang. Seorang nahkoda menyambut kami. Dan mrngantarkan ke sebuah ruang, dimana terdapat seorang wanita berkebangsaan eropa yang sedang menahan sakit karena mengalami kemungkinan cedera tulang belakang.

Dokter segera melakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien secara menyeluruh. Neck collar kami pasang. Pasien kami stabilisasi di long back board. Infus kami pasang dengan tetesan KVO (keep vein open). Injeksi pengurang nyeri kami berikan untuk membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien.

ABC clear. Pasien pun kami pindahkan ke perahu dibantu oleh tim penjemput dan warga desa lainnya. Saya monitor kondisi pasien sepanjang perjalanan. Meyakinkan kondisinya tetap baik dan segera melakukan evaluasi jika terdapat perubahan kondisi.

30 menitan, kami pun sampai di dermaga. Puluhan warga sudah bersiap memikul pasien yang terstabilisasi dalam long back board dan basket stretcher. Pasien ditandu menuju lapangan dimana helicopter mendarat.

Setelah semua tertata dengan bagus di dalam helicopter, maka pasienpun segera diterbangkan menuju kawasan Mega Kuningan. Disana ambulance sudah siap menjemput.

Alhamdulillah, selama satu jam perjalanan udara, kondisi pasien bagus saja. Hanya rasa nyeri masih terasa. Monitoring terus saya lakukan. Akhirnya tibalah kami di tujuan. Segera kami pindah pasien dari helicopter ke ambulance.

Dari Mega Kuningan, ambulance meluncur ke kawasan Antasari Jakarta Selatan. Semua berjalan lancar. Tak terjadi kemacetan berarti. Sampailah akhirnya di klinik, kami lakukan endorsement ke dokter dan perawat di Urgent Care Unit. Mereka dengan sigap menyambut kami. Tak berselang lama, pasien langsung dilakukan pemeriksaan Xray. Alhamdulillah, kondisinya tetap baik.

Pengalaman tak terlupakan. Pengalaman naik helicopter pertama kali. Pengalaman menapakkan kaki di ujung kulon pertama kali. Pengalaman luar biasa!

Qatar, 25 Juli 2016
@sugengbralink
#101NotesMyLifeInNursing

Foto by Google

PERAWAT MEMANG SERBA BISA

Profesi Perawat masih sering dipandang sebelah mata. Keberadaannya terkadang tak dianggap penting di mata pasien atau keluarganya. Ketika para pasien terbaring di rumah sakit:

Perawat-lah yang setia menungguinya selama 24 jam sehari.

Perawat-lah yang mendengar keluh kesahnya.

Perawat-lah yang membantu kebutuhan sehari-harinya ketika dirinya terbaring lemah.

Perawat-lah yang berkolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam mewujudkan suksesnya pengobatan pasien selama di Rumah sakit.

Perawat-lah yang terkadang menghitung biaya administrasi selama dirawat ketika petugas admin berhalangan.

Perawat-lah yang menjelaskan tentang pengobatan yang diberikan dokter, ketika dokternya tak punya banyak waktu menjelaskan ke pasien dan keluarganya.

Perawat-lah yang menerangkan tentang diet ketika petugas gizi belum punya waktu khusus menjelaskannya.

Perawat-lah yang belajar banyak hal tentang profesi kesehatan lainnya. Dari urusan perawatan yang menjadi tanggung jawab utamanya, urusan pengobatan yang menjadi tanggung jawab dokter, urusan fisioterapi yang menjadi tanggung jawab fisioterapis, urusan gizi yang menjadi tanggung jawab ahli gizi, urusan pembayaran yang menjadi urusan administrasi rumah sakit, dan banyak lagi lainnya, yang sering dilimpahkan ke pundak para Perawat.

@sugengbralink
#101NotesMyLifeInNursing

35 Pesepeda Indonesia Ikuti The Ride of Champions di Qatar

Winter tahun ini belum terasa banget hawa dinginnya. Sejak 9 Oktober lalu, sedang berlangsung Kejuaraan bersepeda bertaraf Internasional, UCI World Championships. Sebuah kejuaraan tahunan yang biasa digelar di negara-negara Eropa sana.

Hari ini, Panitia #UCIDoha2016 menggelar sepeda gembira bertemakan Ride of Champions. Kegiatan sepeda untuk 'Para Juara'.

950 pesepeda dari berbagai negara turut meramaikan acara ini. 35 diantaranya berasal dari Diaspora Indonesia yang berdomisili di Qatar. Mereka berasal dari Kota Doha, Alkhor, Messaeed dan Dukhan.

Ride of Champions merupakan momen istimewa bagi para pecinta sepeda di Qatar tahun ini. Betapa tidak, event ini digelar secara gratis. Tiap peserta cukup mendaftar online dan tak dipungut biaya sepeserpun. Sudah begitu, tiap peserta mendapatkan jersey sepeda made in Italia. Berikut botol minumnya cantik menawan.

Target minimum yang harus dicapai cuma berjarak 15 KM. Target maksimumnya 75 KM. Bagi pesepeda yang menyelesaikan minimum 15 KM maka dia akan mendapatkan Medali Istimewa Ride of Champions berikut special T-Shirt dari event organizer sambil menikmati rehat di arena Fun Zone.

Jalur Start di Doha Exhibition Center kemudian menyusuri jalan raya Doha menuju kawasan eksklusif pulau buatan Pearl Island.
Sepanjang jalur sepeda yang dilalui, dijaga ketat oleh para Volunteer, Marshal dan Polisi.

Suhu udara dan angin yang sangat bersahabat menjadikan Ride of Champions sangat menyenangkan dan memggembirakan hati. Suasana Pearl Island yang ditempati oleh Para Milyarder, kini bisa dinikmati dari dekat. Menikmati indahnya bangunan-bangunan megah nan futuristik ala Kota Venice di Italia.

Doha, 15 Oktober 2016
riyadi.sugeng@gmail.com

5 PERTANYAAN KUNCI

Tahun 2007 waktu itu memasuki tahun kelima saya bekerja di sebuah perusahaan bertaraf internasional di bilangan Jakarta Selatan sebagai Onsite Paramedic/Nurse, perusahaan kami menyebutnya Rotating Paramedic. Saya bekerja bersama rekan-rekan nurse satu perusahaan yang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia. Termasuk dengan para dokter, laboratorium technician, xray technician, dentist dan dental nurses. 3 tahun lamanya saya ditempatkan di sebuah perusahaan tambang batubara terbesar di Pulau Kalimantan, namanya PT. Kaltim Prima Coal.

Kurun waktu 2005 hingga 2006, perusahaan yang berkantor pusat di Perancis itu memindahtugaskan saya di dua tempat, yaitu lokasi eksplorasi batubara PT. BHP Billiton Kalimantan Tengah dan lokasi konstruksi LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Propinsi Papua Barat.


Dalam waktu 1 tahun tersebut, saya secara rotasi bekerja di dua lokasi tersebut. Kisah perjalanan saya di tengah belantara hutan kalimantan dan pinggiran teluk bintuni akan saya uraikan di artikel terpisah.

Setelah puas dengan 3 tahun di tambang batubara, 1 tahun di explorasi batubara dan konstruksi LNG Plant, berikutnya perusahaan memberikan saya kesempatan menikmati lokasi pengeboran lepas pantai (offshore drilling).

Dengan rotasi sebulan kerja sebulan libur, saya beberapa kali naik helicopter ke lokasi pengeboran minyak milik PT. Chevron di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Selepas itu, terbang jauh ke Selat Salawati menuju lokasi pengeboran migas milik Pearl Oil. Nah, di lokasi inilah kisah hidup saya menuju negeri di tanah arab akan dimulai.

Memasuki pertengahan tahun 2007, seorang senior yang sudah berpindah kerja ke Qatar memberikan informasi bahwasannya ada lowongan kerja Ambulance Nurse. Ahmad Nawawi asal Aceh yang biasa saya panggil Abang Awi memberitahu saya untuk mengirimkan lamaran dan update Curriculum Vitae (CV) via Mas Joko Winarno. Mas Joko ini menempati posisi Senior Ambulance Nurse di Messaeed Medical Center, Qatar Petroleum.

Informasi lowongan itu dikirim melalui email oleh Abang Awi. Saya pun segera memfollow up peluang itu. Segera saya membuat lamaran kerja dan mengupdate CV. Tanpa berpikir panjang saya kirim langsung ke Mas Joko Winarno.

Namanya rezeki itu urusan Alloh, bukan sebuah kebetulan mungkin, ternyata Mas Joko ini berasal dari Kabupaten Banyumas. Maka sejak perkenalan kali itu semakin membuat saya lebih rileks untuk bertanya segala macam tentang pekerjaan sebagai Ambulance Nurse di Qatar. Saking santainya, hampir semua percakapan saya dengan Mas Joko menggunakan Bahasa ngapak (dialek local yang biasa dipakai oleh orang-orang Barlingmascakeb/Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen.

Memanfaatkan Yahoo Messenger Chat, pertanyaan-pertanyaan saya dibalas dengan baik oleh Mas Joko. Hal inilah yang semakin menyemangati saya untuk mempersiapkan diri merantau ke jazirah arab. Tips-tips wawancara menjadi pertanyaan yang sering saya lontarkan ke beliau selain pertanyaan-pertanyaan seputar pekerjaan dan kehidupan di Qatar.

Alhamdulillah di akhir tahun 2007 saya mendapatkan email dari pihak personalia Qatar Petroleum. Email itu mengabarkan bahwa CV saya termasuk yang terpilih untuk mengikuti tahap seleksi berikutnya. Saya diminta bersiap beberapa bulan kedepan akan diadakan wawancara via telepon.

Telephone interview, hal yang belum pernah saya alami sebelumnya. Beberapa kali menjalani interview pekerjaan semuanya wawancara face to face. Setelah mendapat akan adanya telephone interview, saya pun segera bertanya lagi ke Mas Joko. Dari situ akhirnya saya mempunyai gambaran tentang interview via telephone.

Awal 2008 di satu pagi saat liburan kerja dari Papua, saya menerima SMS jikalau pagi sekitar jam 11 WIB siap-siap menerima telephone dari Qatar. Selepas mengantar istri ke tempat kerja saya pun langsung bergegas menuju Masjid Agung Darussalam Purbalingga. Mengambil wudhu, dilanjut sholat dhuha dan berdo’a agar diberikan kemudahan menjawab wawancara hari itu.

Dengan perasaan dag dig dug menunggu sekian lama, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Pesan singkat melalui SMS dari Mas Joko masuk ke handphone. Saya diminta mencari tempat yang tidak terlalu bising karena sebentar lagi akan ditelpon untuk wawanacara melalui telepon (phone interview). Saya langsung bergegas ke sebuah café internet di Kota Purbalingga. Sambil nongkrong santai di pojok café, tak berselang lama handphone jadul saya pun berdering.

Ada Mr. Gregory Rayner di ujung telepon. Beliau ini Lead Nurse di Messaeed Medical Center. Suaranya tak terdengar jelas (menurut saya), maklum lah Bahasa inggris aksen Australia. Selain kalimatnya terdengar cepat oleh telinga saya, Bahasa inggris saya juga masih pas-pasan. Alhamdulillah ada Mas Joko disamping Greg, sehingga beliau membantu mengulang pertanyaan yang dilontarkan.

Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh Mr. Greg. Pertanyaan perdana, saya diminta memperkenalkan diri. Dengan Bahasa inggris semampunya saya jelaskan data diri, pendidikan dan pengalaman kerja. Pertanyaan kedua tentang alasan saya kenapa tertarik bergabung menjadi Ambulance Nurse. Alhamdulillah dengan tenang dan percaya diri saya mampu menguraikan secara gamblang.

Pada pertanyaan ketiga, Mr. Greg menanyakan ‘What is the 5 questions you ask to the caller when you receive an emergency call?’. Saya sempat tidak jelas mendengar pada kata ‘caller’, dengan dibantu Mas Joko akhirnya saya maksud dengan apa yang ditanyakan Mr. Greg. Dengan pengalaman kerja saya dibidang pre hospital selama 5 tahun terakhir, pertanyaan ketiga dapat saya jawab dengan lancar. Ketiga pertanyaan sudah saya jawab semua. Di akhir percakapan telephone, Mr. Greg mengucapkan selamat ke saya atas wawancara pagi itu. Beliau Nampak puas dengan jawaban-jawaban saya.

Di akhir wawancara pagi itu, saya diberitahu agar tetap bekerja di perusahaan yang sama, jangan resign dulu. Dalam waktu 3 bulan saya akan mendapatkan informasi lanjutan apakah lanjut ke tahapan berikutnya atau tidak.

Tanggal 11 Maret 2008, saya mendapatkan email dari HRD Qatar Petroleum, Ms. Betty Joseph namanya. Beliau mengirimkan e-ticket penerbangan saya ke Doha tertanggal 17 Maret 2008. Saya dijadwalkan menghadapi face to face interview dengan interviewer di Doha, Qatar. Rasa senang luar biasa ketika email itu saya terima. Saya seakan berada di alam mimpi. Saya baca berulang-ulang. Hingga saya yakin bahwa itu memang nyata adanya. Kegembiraan kemudian saya kabarkan ke istri dan ibu tercinta. Dua wanita yang saya sangat cintai dan sayangi.

Pagi hari jam 06.00 pesawat Qatar Airways mendarat sempurna di Doha International Airport. Sebuah perasaan gembira yang luar biasa bisa mendaratkan kaki di luar negeri. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama karena saya harus segera bersiap menghadapi interview. 

Kali itu saya terbang berdua dengan Muhammad Arief Hidayat. Arief ini kebetulan kerja satu perusahaan di Jakarta. Jadi sudah kenal sebelumnya. Selepas beristirahat, petugas menjemput menginformasikan bahwa kami diminta beristirahat sehari. Wawancara kerja akan dilaksanakan esok hari.

Alhamdulillah wawancara siang itu berjalan lancar. Wawancara di hadapan 3 pewawancara berlangsung di Ras Abu Aboud Medical Center. Di akhir wawancara, semua pewawancara nampak puas dan menginformasukan ke kami untuk menjalani medical check up keesokan harinya.

19 Maret 2008 pagi hari semua proses medical check up berjalan lancar. Perasaan pun plong. Siang harinya setiba di Hotel Qatar Palace, Abang Nawawi datang menjemput ke lobi hotel. Beliau ajak kami berdua berkeliling ibukota Doha. Jam 01.05 dini hari, Qatar Airways kembali mengudara dan membawa kami kembali ke Soekarno Hatta International Airport.

Diantara waktu-waktu interview itu saya masih berstatus sebagai karyawan perusahaan yang berkantor di Jl. Puri Sakti Jakarta Selatan. Seminggu sesudah perjalanan saya ke Doha, tanggal 2 April 2008 saya mendapatkan job offer dan diminta mengisi data diri secara lengkap. Setelah konsultasi dengan Abang Nawawi dan Mas Joko, akhirnya saya menyetujui job offer itu. Kesiapan saya tersebut berlanjut dengan sebuah email yang masuk pada 29 April 2008 yang meminta saya untuk segera resign dari pekerjaan (You may now resign your present employment).

Dear Mr. Riyadi,

We are pleased to advise that the attached entry visa for you is now ready at Doha International Airport. You may now resign your present employment.

Please advise us of the earliest date and airport for your mobilization to enable us to arrange for your PTA and flight reservations.

On your mobilization please bring a copy of your entry visa and upon arrival in Doha airport please report to the Visa Section, which is located on the left side of the arrival terminal, in order to have your entry visa stamped in your passport.

We look forward to hearing from you soonest and please confirm receipt.

Regards.
For Qatar Petroleum
Hasnizam Bin Hashim
Recruitment Supervisor

Puji syukur saya panjatkan kehadiratNya atas karunia itu. Sebuah proses panjang yang berakhir manis. Tanpa sepeser pun uang yang saya keluarkan untuk proses wawancara kerja itu. Semua telah diatur oleh pihak Qatar Petroleum dari mulai visa, tiket pesawat, akomodasi, transportasi dan pengganti uang airport tax. Namun disisi lain ada perasaan sedih, karena saya harus berpisah dengan istri dan anak kami yang masih berumur 2 tahun waktu itu.

Email dari HRD masuk lagi ke inbox tertanggal 15 Mei 2008, Wow ternyata eticket keberangkatan saya ke Doha 27 Juni 2008.

Dear Mr. Riyadi,

We are pleased to advise that the following travel arrangement has been made for you to travel on 27th June 2008:

Booking Ref.: YMMTWN
Flight GA 215 27JUN JOG/CGK Dep.1935 Arrv.2040
Flight QR 639 27JUN CGK/DOH Dep.2335 Arrv.0610

Please contact Qatar Airways Yogyakarta Office on the second week of June 2008 for your air ticket and confirm by return that you will travel as scheduled.

Your temporary accommodation in Doha has been arranged at Qatar Palace Hotel and you will be met by our representative (Tel. No. 5544875 / 5544682) who will be waiting for you in front of Ramada Hotel's counter at the Doha International Airport. Looking forward to hearing from you and please confirm receipt of this e-mail.

Kind Regards,
Betty Joseph
Human Resources Recruitment
Qatar Petroleum

Tiket inilah yang kemudian mengantarkan saya ke negeri dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia. Tiket yang mengantarkan saya memulai hidup baru sebagai bagian Diaspora Indonesia di Qatar. Tiket yang menjadi awal dimulainya sejarah hidup saya berpisah dengan keluarga demi mencari nafkah di negeri seberang.

Qatar, 12 Februari 2016


Mengejar Mimpi Tanpa PJTKI

Hanya berbagi pengalaman hidup, semoga bisa diambil manfaatnya.

6 tahun lalu, Alhamdulillah saya ketrima di sebuah perusahaan milik pemerintah di Qatar.

Pertanyaan yang banyak muncul, dulu masuk ke LN via PJTKI mana? Berapa biayanya? Berapa gajinya? Enak nggak disana? Masih ada lowongan nggak?

Alhamdulillah, saya termasuk dari sekian banyak yang beruntung. Tak hanya saya yang berlatar belakang Nurse, banyak juga yang bekerja di sektor Oil & Gas.

Saya termasuk yang tidak harus melewati berbagai macam tahapan seleksi via PJTKI. Ketika ada informasi lowongan yang dibagai oleh seorang kawan yang sudah lebih dulu di Qatar, saya langsung mengirimkan CV dan lamaran kerja via website.

Alhamdulillah, tak menunggu lama, saya termasuk dari sekian kandidat yang lolos seleksi administrasi dan dijadwalkan untuk mengikuti wawancara via online.

Hari yang ditunggu tiba, berlangsunglah wawancara oleh user secara online. Ada seorang interviewer di seberang sana dengan gagang telponnya, sementara saya tetap berada di Indonesia dengan menggenggam handphone.

Pertanyaan demi pertanyaan mampu saya jawab. Di akhir wawancara, user menginformasikan bahwa hasil wawancara akan diberitahukan via email dalam beberapa minggu ke depan.

Waktu berlalu, lagi-lagi saya masih beruntung. Saya menjadi satu dari dua yang terseleksi. Semenjak saat itu, pihak user meminta saya menyiapkan passport dan berbagai macam dokumen terkait sekolah dan training seperti tercantum di CV.

Karena kebanyakan masih berbahasa Indonesia, saya pun mengirimkan dokumen-dokumen tersebut ke lembaga penterjemah tersumpah untuk diterjemahkan ke dalam bahasa inggris.

Pihak perusahaan meminta saya untuk tidak resign dari perusahaan tempat saya bekerja waktu itu, sampai benar-benar saya lolos semua tahapan seleksi. Tiga bulan berikutnya, visa kunjungan dikirim via email.

Dalam email tersebut, user meminta saya untuk datang ke Qatar guna wawancara langsung dengan user.

Tiket pesawat, visa dan akomodasi sudah disiapkan. Tak sepeserpun uang saya belanjakan untuk visa, tiket maupun hotel. Hanya berbekal uang secukupnya untuk uang saku in case of emergency. Sampai uang airport tax pun dapat reimburesement (ganti). Alhamdulillah!

Setiba di Qatar, saya diantar ke hotel oleh penjemput yang sudah disiapkan. Hari pertama tiba di Qatar, saya diminta istirahat, baru keesokan harinya menghadap pewawancara untuk wawancara dihadapan 3 orang.

Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh. Saya dinyatakan lulus wawancara. Hari itu juga saya langsung menjalani tes kesehatan.

Tiga bulan berikutnya, saya mendapatkan visa kerja dan mulai bergabung bersama para pekerja multinasional di Qatar. New life, new environment and new challenge!

Khuff, 01 Januari 2015

KEMATIAN, KINI ATAU NANTI, KAN DATANG JUA!

Pagi buta selepas azan subuh, terdengar dering pesan WA. Sebuah pesan kematian masuk ke pesan pribadi dari istri tercinta. Seorang Perawat senior yang sudah pensiun beberapa tahun lalu, kini telah tiada.

Beliau seorang yang sangat santun dan bersahaja. Banyak membantu sesama melalui praktik sunat yang dijalaninya.

Tahun 99 lalu, Saya bersama seorang kawan Azam Sundoro sempat tinggal nge-kost di rumah beliau. Di sela kesibukan beliau bekerja di Rumah Sakit, anak-anak yang mau disunat datang ke rumahnya. Pagi buta di subuh hari atau selepas ashar di sore hari.

Antrian kendaraan berjejer di depan rumah. Senandung sholawat nabi diiringi suara terbang bersahutan. Menambah semarak lingkungan perumahan karyawan RSU Purbalingga waktu itu. Saya sebagai anak kost terkadang membantu menyiapkan obat dan mencatat jadwal anak yang mau disunat.

Ketika musim liburan sekolah tiba, jadwal sunat memenuhi buku pendaftaran. Begitu juga ketika libur idul fitri dan idul adha. Pokoknya tiada hari tanpa sunatan. Tak hanya anak-anak dari kabupaten Purbalingga, anak-anak dari Belik, Pemalang pun turun gunung ke rumah beliau.

Sebelum pensiun, beliau adalah seorang perawat yang bekerja di Kamar Operasi RSUD Purbalingga (yang kini dinamai RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata). Tak hanya itu, beliau memiliki jadwal operasi bersama Team Dokter di beberapa Rumah Sakit di Purbalingga.

Anak-anak beliau terbilang sukses. Ketiga anaknya sudah menjadi Aparat Sipil Negara di lingkungan RSU tempat beliau bekerja dulu.

Beliau tak pernah memasang tarif tertentu. Istilahnya membayar seikhlasnya. Tanpa tarif atas, tanpa tarif bawah maupun tarif promo. Banyak anak-anak dari keluarga tak mampu digratiskan, bahkan disangoni (diberi uang saku) sehabis disunat. Masya Allah.

Semoga Allah mencatat itu semua sebagai amal baik yang bisa menambah timbangan amal kebaikan. Diampunkan dosa-dosanya. Diringankan hisabnya. Menggolongkannya khusnul khotimah, Aamiin.

Wallohua'lam.

West of Qatar, 17 Oktober 2016
Anak Kost '99

Profesi Perawat (Nurse), Tahukah Anda?

Video yang diunggah Eric Johnson KOMO mengisahkan tentang seorang perawat bernama "See See" yang tinggal dan masih bekerja hingga usia 91 tahun di Amerika Serikat. Saya yang berprofesi Perawat turut terharu dibuatnya.

Di usia senjanya, beliau masih melakoni profesi Perawat. Profesi yang banyak dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan. Profesi yang mungkin masih ada yang mengganggap sekedar pembantu profesi lain.

Perawat, ini istilah Bahasa Indonesia untuk menterjemahkan kata Nurse. Keberadaan profesi ini di Indonesia sudah ada sejak jaman pendudukan Belanda di tanah air. Di jaman itu orang-orang menyebutnya Suster (perawat perempuan) dan Bruder (perawat laki-laki).

Dari tahun ke tahun, pendidikan perawat di Indonesia terus berubah. Dari yang dulunya hanya setingkat lanjutan atas, kini sudah setingkat Diploma, Sarjana, Master, Doktor, bahkan Profesor. 

Profesi Perawat mempunyai kode etik sendiri. Mempunyai scope of practice sendiri. Seorang perawat harus melalui bermacam tahapan sebelum bisa berpraktik profesional. Dia harus lulus dari kampus, sesudah itu dia harus lulus uji kompetensi dan serangkaian verifikasi hingga akhirnya mendapatkan Surat Tanda Registrasi/STR (Nursing License). Tak selesai sampai disitu, masa berlaku STR hanya 5 tahun.

Untuk menjaga agar STR tetap valid, maka semasa 5 tahun tersebut, seorang perawat harus mengikuti bermacam pelatihan, seminar, workshop, konferensi agar mendapatkan Satuan Kredit Profesi (SKP). 25 SKP harus tercapai semasa 5 tahun itu.

Belum lagi jika perawat harus bekerja di Luar Negeri. Home country nursing license menjadi salah satu dokumen yang sangat penting. Dokumen akan ditanyakan oleh pihak pemerintah negara setempat sebelum proses pengurusan nursing license berlanjut.

Sebagai contoh ketika memasuki pasar kerja di Timur Tengah, khususnya Qatar. Kandidat Perawat harus lulus Computer Based Exam yang dinamai Prometric Test. Setelah itu Perawat dengan home country nursing license melanjutkan proses verifikasi dokumen melalui DataFlow di Dubai. Selain memakan waktu, proses seleksi Prometric dan Dataflow juga membutuhkan biaya.

Dokumen lain yang harus dipenuhi adalah Certificate of Good Standing (CoGS) yang dikeluarkan oleh BPPSDMK Kemenkes RI. Dokumen ini merupakan sebuah dokumen yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai permasalahan terkait hukum terkait profesinya. Yang bersangkutan mempunyai kondite baik selama ini. Yang tentu harus menyertakan bermacam dokumen untuk memprosesnya.

Proses panjang hingga nursing license didapat di Qatar, harus dijaga masa berlakunya. Sejak awal 2016 lalu, ada kewajiban yang harus dipenuhi tenaga kesehatan di Qatar, termasuk profesi perawat. Yaitu harus memenuhi 80 jam Continuing Education selama 2 tahun. Yang terbagi ke dalam 3 kategori. Kategori 1 sebesar 50% dan sisanya kategori 2 dan atau kategori 3. Tak hanya butuh waktu khusus untuk menyelesaikan semuanya itu, tapi juga memerlukan uang untuk mengikutinya.

Banyak orang masih belum mengerti betapa beratnya menjalani profesi perawat ini. Sewaktu sekolah, mbayarnya mahal. Seusai sekolah, uji kompetensi. Seusai kerja masih harus memenuhi puluhan poin continuing education yang harus dicapai. Inilah uniknya profesi ini.

Perawat merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan. Profesi inilah yang mempunyai jumlah terbanyak dibanding profesi kesehatan lainnya. Tanpanya, layanan kesehatan tak akan mampu berjalan sempurna.

Perawat senantiasa siaga 24 jam mendampingi bermacam keluhan pasien. Dari yang bersifat fisik maupun psikis. Dari urusan yang remeh temeh sampai urusan yang super duper. Yang jelas, seorang perawat harus siap menjadi pendengar yang baik bagi pasien-pasiennya.

Keluhan bahkan kritikan pada sebuah layanan kesehatan, biasanya hanya berani disampaikan oleh pasien kepada Perawat. Bisa jadi mereka tak puas pada profesi lain dalam sebuah layanan kesehatan, tapi pasien sering 'memuntahkan kekesalannya' pada Perawat. Tak tahu kenapa, tapi itulah realita yang ada di sekitar kita. Seolah Perawat adalah satu-satunya profesi kesehatan yang siap mendengarkan beragam keluhan layaknya Customer Service professional.

Beberapa hari lalu, Senior Saya Bapak Syaifoel Hardy menuliskan bermacam hal yang notabene bukan urusan perawat secara langsung, tapi sering ditanyakan atau dilimpahkan ke pundak Perawat. Misal saja, seorang dokter lagi nyari charger HP, siapa yang ditanya, Perawat. Pasien nanya jadwal praktik dokter, siapa yang ditanya? Perawat. Keluarga pasien pinjam pulpen untuk tanda tangan pulang Atas Permintaan Sendiri (APS) dari Rumah Sakit, siapa yang dipinjami? Perawat. Dan banyak contoh-contoh lainnya yang akan lama jika dituliskan.

Ketika seorang pasien dirawat berhari-hari di Rumah Sakit, perawat lah yang mempunyai waktu lebih banyak bersamanya. Tapi ketika pasien tersebut sudah sehat dan pulang dari Rumah Sakit, profesi yang paling dicari dan seolah paling layak mendapatkan ucapan terima kasih adalah profesi dokter. Bukan begitu Bapak Ibu? Maaf, jika saya salah.

Bermacam rencana pengobatan tak akan pernah berjalan sempurna tanpa sentuhan tangan-tangan terampil Perawat. Bermacam pemeriksaan ini dan itu tak akan pernah tereksekusi ketika Perawat tak mengkolaborasikan dengan unit lain yang terkait. USG, Xray, Laboratorium, Konsul Gizi, Konsul Psikolog, Konsul Specialis dan bermacam rencana-rencana lain yang seabreg.

Masih banyak pernah pernik Perawat yang belum tertuliskan. Yang mungkin belum diketahui oleh masyarakat umum. Perawat memang bukan Guru yang katanya Pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi perawat akan selalu ada dan bersiap mendengarkan bermacam keluhan anda.

Doha, 19 Oktober 2016
riyadi.sugeng@gmail.com