Wednesday, October 19, 2016

Profesi Perawat (Nurse), Tahukah Anda?

Video yang diunggah Eric Johnson KOMO mengisahkan tentang seorang perawat bernama "See See" yang tinggal dan masih bekerja hingga usia 91 tahun di Amerika Serikat. Saya yang berprofesi Perawat turut terharu dibuatnya.

Di usia senjanya, beliau masih melakoni profesi Perawat. Profesi yang banyak dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan. Profesi yang mungkin masih ada yang mengganggap sekedar pembantu profesi lain.

Perawat, ini istilah Bahasa Indonesia untuk menterjemahkan kata Nurse. Keberadaan profesi ini di Indonesia sudah ada sejak jaman pendudukan Belanda di tanah air. Di jaman itu orang-orang menyebutnya Suster (perawat perempuan) dan Bruder (perawat laki-laki).

Dari tahun ke tahun, pendidikan perawat di Indonesia terus berubah. Dari yang dulunya hanya setingkat lanjutan atas, kini sudah setingkat Diploma, Sarjana, Master, Doktor, bahkan Profesor. 

Profesi Perawat mempunyai kode etik sendiri. Mempunyai scope of practice sendiri. Seorang perawat harus melalui bermacam tahapan sebelum bisa berpraktik profesional. Dia harus lulus dari kampus, sesudah itu dia harus lulus uji kompetensi dan serangkaian verifikasi hingga akhirnya mendapatkan Surat Tanda Registrasi/STR (Nursing License). Tak selesai sampai disitu, masa berlaku STR hanya 5 tahun.

Untuk menjaga agar STR tetap valid, maka semasa 5 tahun tersebut, seorang perawat harus mengikuti bermacam pelatihan, seminar, workshop, konferensi agar mendapatkan Satuan Kredit Profesi (SKP). 25 SKP harus tercapai semasa 5 tahun itu.

Belum lagi jika perawat harus bekerja di Luar Negeri. Home country nursing license menjadi salah satu dokumen yang sangat penting. Dokumen akan ditanyakan oleh pihak pemerintah negara setempat sebelum proses pengurusan nursing license berlanjut.

Sebagai contoh ketika memasuki pasar kerja di Timur Tengah, khususnya Qatar. Kandidat Perawat harus lulus Computer Based Exam yang dinamai Prometric Test. Setelah itu Perawat dengan home country nursing license melanjutkan proses verifikasi dokumen melalui DataFlow di Dubai. Selain memakan waktu, proses seleksi Prometric dan Dataflow juga membutuhkan biaya.

Dokumen lain yang harus dipenuhi adalah Certificate of Good Standing (CoGS) yang dikeluarkan oleh BPPSDMK Kemenkes RI. Dokumen ini merupakan sebuah dokumen yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai permasalahan terkait hukum terkait profesinya. Yang bersangkutan mempunyai kondite baik selama ini. Yang tentu harus menyertakan bermacam dokumen untuk memprosesnya.

Proses panjang hingga nursing license didapat di Qatar, harus dijaga masa berlakunya. Sejak awal 2016 lalu, ada kewajiban yang harus dipenuhi tenaga kesehatan di Qatar, termasuk profesi perawat. Yaitu harus memenuhi 80 jam Continuing Education selama 2 tahun. Yang terbagi ke dalam 3 kategori. Kategori 1 sebesar 50% dan sisanya kategori 2 dan atau kategori 3. Tak hanya butuh waktu khusus untuk menyelesaikan semuanya itu, tapi juga memerlukan uang untuk mengikutinya.

Banyak orang masih belum mengerti betapa beratnya menjalani profesi perawat ini. Sewaktu sekolah, mbayarnya mahal. Seusai sekolah, uji kompetensi. Seusai kerja masih harus memenuhi puluhan poin continuing education yang harus dicapai. Inilah uniknya profesi ini.

Perawat merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan. Profesi inilah yang mempunyai jumlah terbanyak dibanding profesi kesehatan lainnya. Tanpanya, layanan kesehatan tak akan mampu berjalan sempurna.

Perawat senantiasa siaga 24 jam mendampingi bermacam keluhan pasien. Dari yang bersifat fisik maupun psikis. Dari urusan yang remeh temeh sampai urusan yang super duper. Yang jelas, seorang perawat harus siap menjadi pendengar yang baik bagi pasien-pasiennya.

Keluhan bahkan kritikan pada sebuah layanan kesehatan, biasanya hanya berani disampaikan oleh pasien kepada Perawat. Bisa jadi mereka tak puas pada profesi lain dalam sebuah layanan kesehatan, tapi pasien sering 'memuntahkan kekesalannya' pada Perawat. Tak tahu kenapa, tapi itulah realita yang ada di sekitar kita. Seolah Perawat adalah satu-satunya profesi kesehatan yang siap mendengarkan beragam keluhan layaknya Customer Service professional.

Beberapa hari lalu, Senior Saya Bapak Syaifoel Hardy menuliskan bermacam hal yang notabene bukan urusan perawat secara langsung, tapi sering ditanyakan atau dilimpahkan ke pundak Perawat. Misal saja, seorang dokter lagi nyari charger HP, siapa yang ditanya, Perawat. Pasien nanya jadwal praktik dokter, siapa yang ditanya? Perawat. Keluarga pasien pinjam pulpen untuk tanda tangan pulang Atas Permintaan Sendiri (APS) dari Rumah Sakit, siapa yang dipinjami? Perawat. Dan banyak contoh-contoh lainnya yang akan lama jika dituliskan.

Ketika seorang pasien dirawat berhari-hari di Rumah Sakit, perawat lah yang mempunyai waktu lebih banyak bersamanya. Tapi ketika pasien tersebut sudah sehat dan pulang dari Rumah Sakit, profesi yang paling dicari dan seolah paling layak mendapatkan ucapan terima kasih adalah profesi dokter. Bukan begitu Bapak Ibu? Maaf, jika saya salah.

Bermacam rencana pengobatan tak akan pernah berjalan sempurna tanpa sentuhan tangan-tangan terampil Perawat. Bermacam pemeriksaan ini dan itu tak akan pernah tereksekusi ketika Perawat tak mengkolaborasikan dengan unit lain yang terkait. USG, Xray, Laboratorium, Konsul Gizi, Konsul Psikolog, Konsul Specialis dan bermacam rencana-rencana lain yang seabreg.

Masih banyak pernah pernik Perawat yang belum tertuliskan. Yang mungkin belum diketahui oleh masyarakat umum. Perawat memang bukan Guru yang katanya Pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi perawat akan selalu ada dan bersiap mendengarkan bermacam keluhan anda.

Doha, 19 Oktober 2016
riyadi.sugeng@gmail.com

No comments:

Post a Comment

Thanks for reading this blog!