Medivac via Helicopter adalah evakuasi medis pada pasien yang membutuhkan penanganan medis lanjutan segera. Bisa dikarenakan kondisi yang cukup parah, lokasi yang jauh, lokasi terpencil atau mungkin orang-orang yang memiliki asuransi kesehatan khusus.
Suatu malam ketika sedang menginap di asrama milik perusahaan di Jakarta, seorang senior menawari saya untuk melakukan medivac via helicopter esok pagi. Beliau tidak bisa menjalankan tugas karena ada kesibukan lain. Wah! Tawaran bagus nih, batin saya. Akhirnya saya pun menerima tawaran tersebut. Sebuah kesempatan emas nih. Karena sebelumnya saya belum pernah melakukan medivac via helicopter. Jika medivac via ambulance sudah berulang kali.
Malam itu juga saya dipanggil Alarm Center untuk mendapatkan briefing tentang rencana esok pagi. Saya diberikan penjelasan tentang kondisi pasien yang akan dijemput esok, lokasi kejadian, apa yang harus dipersiapkan, kapan berangkat ke lokasi helipad dan hal-hal terkait lainnya.
Keesokan pagi jam 03.30 Saya sudah bangun. Bergegas menuju ruang penyimpanan peralatan evakuasi, diantaranya responder bag, airway bag, basket stretcher, dan long back board. Satu per satu saya cek, meyakinkan semua siap untuk menangani kondisi pasien yang mengalami kemungkinan cedera tulang belakang karena jatuh dari ketinggian.
Selepas subuh, saya sebagai Nurse (Paramedic) dengan seorang dokter diantar dengan mobil perusahaan menuju lokasi helipad di Jakarta. Suasana jalan raya masih sepi. Maka tak butuh waktu lama untuk sampai ke helipad. Tiba di lokasi, peralatan medivac kami turunkan.
Kami bertemu dengan pilot. Briefing pun dilakukan sebelum penerbangan. Termasuk rencana bagaimana memposisikan pasien ketika nanti diangkut dengan helicopter. Semua dipikirkan dan didiskusikan secara terperinci.
Ketika briefing sudah selesai, helicopter pun segera start engine. Warm up.
Wuss wuss wuss....suara baling-baling helicopter mulai terdengar kencang. Menyapu debu-debu yang terserak di sekelilingnya. Sang pilot meyakinkan semua penumpang mengencangkan seat belt dan memakai ear muff (pelindung telinga). Total berempat, pilot, co-pilot, dokter dan nurse.
Kemudian helicopter pun terbang menuju sebuah desa di kawasan Ujung Kulon. Sekitar 45 menit di udara, helicopter pun bersiap mendarat di sebuah lapangan sepak bola di sebuah desa. Di bawah sana, ada orang yang ditunjuk untuk memberikan tanda ke helicopter. Mereka yang dibawah siap meyakinkan agar lapangan bebas dari hal-hal yang dapat mengganggu proses pendaratan helicopter.
Helicopter kian turun. Semakin jelas lokasi pendaratan terlihat. Nampak ratusan orang kampung disisi lapangan. Saya jadi merasa seperti pejabat negara yang sedang melakukan kunjungan. Maklum saja orang pedesaan, mungkin sebelumnya belum pernah melihat helicopter mendarat.
Akhirnya helicopter mendarat dengan sempurna. Tim penjemput menyambut kami. Dan melakukan briefing sebelum menuju lokasi pasien berada.
Tim penjemput dan puluhan warga berjalan bersama tim medivac menuju dermaga. Kami berjalan sekitar 1 KM menyusuri jalanan kampung. Orang-orang kampung begitu antusias menyambut kehadiran kami.
Suasana desa nampak asri. Tak ada kesemrawutan lalu lintas seperti di ibukota Jakarta. Sesampai di dermaga, sebuah perahu tertambat. Kami pun menaiki perahu dengan membawa peralatan medis dan evakuasi.
Setelah 30 menitan menaiki perahu, kami sampai di sebuah kapal tongkang. Seorang nahkoda menyambut kami. Dan mrngantarkan ke sebuah ruang, dimana terdapat seorang wanita berkebangsaan eropa yang sedang menahan sakit karena mengalami kemungkinan cedera tulang belakang.
Dokter segera melakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien secara menyeluruh. Neck collar kami pasang. Pasien kami stabilisasi di long back board. Infus kami pasang dengan tetesan KVO (keep vein open). Injeksi pengurang nyeri kami berikan untuk membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien.
ABC clear. Pasien pun kami pindahkan ke perahu dibantu oleh tim penjemput dan warga desa lainnya. Saya monitor kondisi pasien sepanjang perjalanan. Meyakinkan kondisinya tetap baik dan segera melakukan evaluasi jika terdapat perubahan kondisi.
30 menitan, kami pun sampai di dermaga. Puluhan warga sudah bersiap memikul pasien yang terstabilisasi dalam long back board dan basket stretcher. Pasien ditandu menuju lapangan dimana helicopter mendarat.
Setelah semua tertata dengan bagus di dalam helicopter, maka pasienpun segera diterbangkan menuju kawasan Mega Kuningan. Disana ambulance sudah siap menjemput.
Alhamdulillah, selama satu jam perjalanan udara, kondisi pasien bagus saja. Hanya rasa nyeri masih terasa. Monitoring terus saya lakukan. Akhirnya tibalah kami di tujuan. Segera kami pindah pasien dari helicopter ke ambulance.
Dari Mega Kuningan, ambulance meluncur ke kawasan Antasari Jakarta Selatan. Semua berjalan lancar. Tak terjadi kemacetan berarti. Sampailah akhirnya di klinik, kami lakukan endorsement ke dokter dan perawat di Urgent Care Unit. Mereka dengan sigap menyambut kami. Tak berselang lama, pasien langsung dilakukan pemeriksaan Xray. Alhamdulillah, kondisinya tetap baik.
Pengalaman tak terlupakan. Pengalaman naik helicopter pertama kali. Pengalaman menapakkan kaki di ujung kulon pertama kali. Pengalaman luar biasa!
Qatar, 25 Juli 2016
@sugengbralink
#101NotesMyLifeInNursing
Foto by Google